26.12.11

Jalan Hidup Bersahaja

 
Di antara “wajah muram” penuh kesedihan dan “tawa lebarnya orang-orang bodoh” ada “senyum tulus” dari hati yang positif. Tidak berlebihan dan senantiasa menyejukkan hati.

Di antara “kecantikan wajah” yang semu lagi menipu dan “kejelekan wajah” yang membuat mata jemu, ada “kecantikan hati” yang membuat kita rindu. Terpancar alami dari sosok pribadi yang apabila dipandang, akan selalu menyenangkan hati. Di antara “orang bodoh” yang bebal dan “orang jenius yang teramat pandai” sampai-sampai ia tidak mau dikritik, ada “pembelajar sejati” yang berilmu tapi tetap mau terbuka dan terus belajar.

Di antara ketinggian hati (“kesombongan”) orang yang kuat dan kerendahan diri (“rasa minder”) orang yang lemah ada “kepercayaan diri orang – orang yang rendah hati”. Tidak berlebihan serta lembut dalam bersikap.

Di antara sikap hidup “foya-foya” yang mewah dan “kefakiran” yang menyiksa ada sikap hidup “sederhana” yang barokah. Pola hidup cerdas bagi orang-orang yang tidak berlebihan.

Di antara sikap “boros” para budak pasar dan sikap “pelit” orang yang menumpuk-numpuk harta, ada “kedermawanan” orang yang peduli dan mau berbagi. Sangat cerdas di dalam mengatur pos-pos pengeluaran.

Di antara sikap “masa bodoh” dan “memanjakan” seseorang, ada orang-orang yang “memberdayakan dan memandirikan”

Di antara orang-orang yang “mengobral janji palsu” dan orang yang “mengeluh berputus asa” ada orang yang sibuk bekerja memberi bukti (solusi). Pribadi berintegritas yang melakukan sesuatu tepat seperti apa yang ia katakan (jujur).

Di antara “keputusan sepihak” pemimpin otoriter dan “pengambilan suara” (menyama ratakan semua orang) ada “musyawarah dan kebijaksanaan”.

Di antara “penindasan (tirani)” dan “kebebasan tanpa batas” ada “keadilan yang bertanggungjawab”.

Di antara sikap “tidak percaya akan takdir” dan “kepasrahan total terhadap takdir” ada sikap “sabar & syukur” terhadap apa yang menimpanya. Menerima takdir Tuhan dan bersungguh-sungguh melakukan apa yang terbaik untuk mengubah nasib.

Di antara orang yang “membujang” seumur hidupnya dan orang yang “mengumbar nafsu” syahwatnya ada orang yang “menikah” dan membangun rumah tangga.

Di antara sikap beragama yang “penuh ketaatan tanpa ilmu” dan “keilmuan yang tinggi tanpa ketaatan” ada sikap beragama yang dipenuhi rasa “ketaatan dengan dilandasi ilmu yang benar”.

Nah, begitulah saudaraku. Gaya hidup jalan tengah. Jalan hidup yang tidak berlebihan. Jalan hidup yang sesuai dengan fitrah (kecenderungan asli) manusia. Jalan hidup bersahaja.

“Di antara malaikat dan iblis ada manusia, makhluq yang paling sempurna. Sungguh dia akan berubah menjadi makhluq rendahan – bahkan serendah-rendahnya makhluq – apabila ia ingkar dan tidak menjadi manusia yang sesungguhnya.”

(Nafis Mudrika)

No comments:

Post a Comment

 

©2013 the healing | by eppoh