9.1.12
KEGUGURAN AKIBAT VIRUS TOXO
Mengetahui isterinya keguguran akibat virus toxo, Yulius (37) jadi kalut. Pikirannya dihantui bayangan buruk anak-anaknya kelak akan lahir cacat, atau sama sekali terancam tidak memiliki keturunan. Semangat hidupnya pudar. Laki-laki ini bagai terbelenggu dalam kepedihan yang mendalam. Hatinya terpukul. Melalui seorang Kyai, akhirnya ia kembali tegar. Apalagi setelah pertemuannya dengan Pak Juanda. Aquatreat Therapy yang dikonsumsi oleh Evi Nurwini, isteri Yulius, ternyata membawa kesembuhan. Yulius bahagia mereka akhirnya dikaruniai dua anak laki-laki yang lahir sempurna dan tumbuh sehat. Sekitar lima bulan setelah kami menikah, isteriku mengutarakan dirinya tengah mengandung. Waktu itu sekitar Mei tahun 2000. Kabar tentang kehamilannya tentu saja merupakan berita yang menggembirakan. Meski keadaan ekonomi rumah tangga kami belum memadai untuk segera memiliki keturunan, sebagai pasangan muda, kami tetap mensyukuri hasil buah cinta ini dengan perasaan berbunga-bunga. Kabar menggembirakan itu turut memacu semangat hidupku.
Untuk memastikan kehamilannya, aku membawa Evi Nurwini, demikian nama lengkap istriku ke rumah sakit bersalin. Dokter memastikan istriku memang tengah mengandung. Ada rasa haru menyertai bahagia mendengar kepastian dokter. Sebagai calon ayah yang memiliki penghasilan pas-pasan, aku harus mencari tambahan penghasilan. Selain bekerja di kantor, aku mulai menjalani bisnis kecil-kecilan. Aku berharap istri dan anak-anakku kelak bisa menikmati hasil jerih payahku lebih dari yang kami butuhkan.
Semenjak Wini berbadan dua, rasa sayangku terhadapnya semakin bertambah. Tiap hari aku selalu menanyakan kesehatannya. Aku khawatir kehamilan Wini, membuat dirinya merasa tidak nyaman. Kekhawatiranku ternyata terlalu berlebihan, Wini tidak seperti yang aku risaukan. Dalam keadaan hamil ia masih tetap menjalankan pekerjaan rumah seperti biasanya.
Tuhan memberikan aku seorang istri yang baik. Awal kehamilannya, Wini jarang meminta yang aneh-aneh, seperti wanita yang sedang ngidam pada umumnya. Hanya sesekali saja ia mengeluh kepalanya suka terasa pusing, itupun mudah hilang jika sudah dibawa tidur.
Meski kehamilannya sudah tiga bulan, namun secara fisik Wini tidak banyak berubah. Tubuhnya tampak kecil, karena memang ia tidak suka makan. Hari terus berganti, usia kehamilan Wini semakin bertambah. Seperti biasa setiap bulan, aku yang mengantarnya ke dokter kandungan. Sebagai calon ayah, aku sudah membayangkan kebahagiaan yang kelak akan dirasakan dengan kehadiran anak-anak kami. Rumah kami yang sempit serta merta akan bertambah ramai dengan kehadiran sosok mungil itu. Tidak itu saja, statusku bertambah. Tidak hanya sebagai suami, aku akan memanggil diriku dengan sebutan ayah. Kebahagiaan itu selalu hadir menyertai hari-hariku. Bagiku kehadiran seorang anak, sekaligus pertanda diriku laki-laki sehat dan sempurna.
KEGUGURAN PADA USIA KANDUNGAN LIMA BULAN
Memasuki usia kehamilan 4 bulan, tubuh Wini kelihatan mulai berisi. Apalagi perutnya sudah semakin membuncit. Semakin hari aku semakin tak sabar menantikan datangnya hari bahagia itu. Meskipun usia kehamilan Wini baru menginjak empat bulan, aku sudah menyiapkan beberapa nama bagi calon bayi kami, nama laki-laki, maupun perempuan. Orangtua Wini tak kalah bahagianya mendengar kehamilan anak pertamanya. Wini diharapkan akan mempersembahkan cucu pertama bagi keluarga besar orangtuanya.
Setiap kali aku membawa Wini kontrol, dokter sudah menentukan jadwal pemeriksaan kehamilan selanjutnya. Setiap jadwal kontrol, aku selalu pulang kantor lebih awal. Rasanya aku ingin selalu berdua untuk melewati masa-masa penantian itu bersama-sama. Ketika usia kandungan Wini sudah memasuki usia lima bulan, aku kembali mengantarnya ke dokter.
Dokter menyambut kehadiran kami dengan senyum ramah. Saat berada di ruang praktek, suster membaringkan tubuh Wini di tempat tidur. Dokter kemudian memeriksa perutnya dengan teliti, dan mendengarkan detak jantung bayi. Beberapa saat kemudian, aku melihat seperti ada sesuatu yang tidak beres pada kondisi Wini. Dokter beberapa kali memeriksa perutnya. Sekilas aku mendengar perkataannya kepada suster, dokter sama sekali tidak mendengar denyut nadi dalam rahim Wini.
Untuk mengetahui kondisi yang sesungguhnya, dokter memutuskan Wini diopname. Malam itu pemeriksaan dilanjutkan kembali. Kali ini pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan peralatan yang lebih canggih. Rupanya sesuatu telah terjadi pada kehamilan Wini. Aku mulai curiga, jangan-jangan ini pertanda buruk. Dokter kembali memeriksa kandungan Wini. Setelah yakin apa yang terjadi, dokter memaparkan kepastiannya bahwa bayi dalam kandungan Wini sudah tidak bernyawa. Aku tahu Wini merasa terpukul mendengar berita itu, aku pun turut larut dalam kesedihan. Bayang-bayang akan hadirnya sang buah hati tiba-tiba lenyap dalam sesaat.
Keesokan harinya Wini dikuret. Ini adalah suatu kenyataan yang semakin membuat diriku bertambah sedih. Hari itu juga Wini sudah diijinkan kembali ke rumah. Dokter menegaskan akan menyelidiki penyebab keguguran istriku. Aku dan Wini sudah tak menghiraukan lagi perkataan dokter. Pikiran kami tengah bergumul antara sedih dan kecewa.
No comments:
Post a Comment