5.4.12

Pembelajaran Berbasis Multimedia

Penggunaan multimedia kini telah mewarnai sistem pendidikan sehari-hari. Bukan suatu yang luar biasa jika kita mendapati sebuah ruangan di sebuah SMTA komplit dengan proyektor Infocus atau TV plasma 42 inci yang bisa terkoneksi via USB dengan laptop atau PC.

Lebih dari itu, telah menjadi standar jika laboratorum komputer dilengkapi dengan deretan unit PC Pentium Core II Duo bermonitor LCD Samsung untuk setiap siswa.


Di perut CPU pun tertanam software Windows original dengan beragam aplikasi yang mendukung penggunaan multimedia seperti Adobe Preimer, InDesign, Photoshop maupun perangkat lunak keluarga CorelDRAW.

Tentu bukan sekedar menaikkan bonafiditas institusi sekolah, multimedia tetaplah bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Intinya, ‘belajar dengan teknologi’ dan bukan ‘belajar tentang teknologi’. Hal di atas berangkat dari hakikat pendidikan sendiri. Yaitu proses pembelajaran untuk merubah perilaku yang terdiri dari cara berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan tujuan pendidikan.

Idiom pertama menasbikan proseb belajar yang terus menerus menggali manfaat teknologi dan menciptakan terobosan pembelajaran. Berbarengan dengan pemanfaatan itu, terjadi proses menguasai teknologi. Sementara idiom kedua, terbatas penguasaan semata.

Pengalaman SMK I Multimedia Tanah Luas di Aceh Utara membuktikan multimedia membuat pengajaran yang disampaikan para guru lebih berkesan, komunikatif, cepat dan menyenangkan. Suasana yang terbangun pun memungkinkan berlangsungnya interaksi yang baik antara guru dengan siswa maupun antar siswa sendiri.

Multimedia juga menyediakan peluang bagi guru mengembangkan teknik pembelajaran sehingga memaksimalkan penyerapan materi ajar oleh para siswa. Apalagi dengan internet, sumber informasi tidak lagi hanya dari teks dari buku dan materi tertulis lainnya. Pondasi mendasar internet yang termaktub dari frasa ‘www’ alias world wide web, memberi keleluasaan guru dan siswa mendapat referensi global.

Dengan mekanisme pilah dan pilih informasi, multimedia berbasis internet akan semakin menambah kemudahan dalam mendapatkan informasi yang diharapkan dan menciptakan pola belajar ideal: pembelajaran dua arah.

Visualisasi
Salah satu elemen dari multimedia adalah kemampuan visualisasi. Kemampuan ini dapat menjawab masalah proses belajar mengajar (PBM) yang kadangkala terkendala oleh materi ajar yang terbilang baru, abstrak dan kompleks.

Kendala ini lazim kita temui dalam materi pelajaran fisika, biologi, berikut terapannya dalam teknik mesin atau otomotif hingga sosial dan PPKN. Dengan visualisasi berupa foto (gambar diam) dan video, siswa dapat memahami materi-materi itu yang sebelumnya belum pernah mereka alami.

Buku panduan produksi film dokumenter memang cukup memandu siswa SMK I Tanah Luas untuk mendapatkan pemahaman. Tapi, setelah mereka melihat video proses produksi sebuah film berikut dengan alur dan pembagian kerja, siswa lebih merasa siap dan melakukan praktik.

Contoh lainnya, dapat dilihat di SMK Kelautan Majene, Sulawesi Barat. Sekolah ini memiliki tiga jurusan, yaitu Nautika Perikanan Laut (NPL), Budidaya Perikanan Laut (BPL) dan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (TPHP).

Penyampaian materi ajar dengan tayangan video dan slide melalaui proyektor membantu siswa jurusan NPL memahami penggunaan dan perawatan peralatan seperti radio SSB, lampu navigasi, fish finder, hingga GPS. Tanpa mengurangi peran guru, multimedia malah membuat proses pembelajaran lebih efisien.

Beragam fitur dalam satu saja perangkat multimedia juga membuat guru dan siswa leluasa leluasa memilih, memilah, mensintesa, dan mengelaborasi pengetahuan. Selanjutnya, mereka saling berbagi satu sama lain.

Penyerapan Materi
Selain memberi kesan lebih dalam penyampaian, multimedia juga membantu penyerapan materi. Ini karena perangkat multimedia memungkinkan penayangan ulang suatu materi. Dengan ini, multimedia mengakomodasi siswa yang lamban menyerap pelajaran. Sekaligus, secvara psikologis meminimalkan kemungkinan perasaan tertekan pada siswa. Ditunjang dengan komunikasi yang baik oleh guru, siswa pun mendapat motivasi positif.

Ini sejurus dengan penelitian De Porter yang menemukan bahwa daya serap manusia bervariasi sesuai dengan penggunaan panca indera. Ini juga perhubungan dengan perangkat sumber informasi. Ia mengungkapkan manusia dapat menyerap suatu materi sebanyak 70% dari yang ia kerjakan, 50% dari yang didengar dan dilihat (audio visual). Sementara itu hanya 30% dari dari yang dilihat, hanya 20% dari yang didengar dan terakhir, 10% dari yang dibaca.

Peran guru dan Kreativitas
Satu hal yang patut digarisbawahi sebagai prinsip dalam pemanfaatan multimedia adalah posisi dan fungsi guru tetaplah utama. Seperti halnya teknologi ciptaan manusia lainnya, multimedia hanya alat bantu para guru. Ini berangkat dari prinsip bahwa pembelajaran yang ideal adalah interaksi yang tinggi antara siswa dengan bahan belajar, bukan antara siswa dengan alat.

Di sisi lain penguasaan teknologi merupakan tuntutan jaman abad serba digital ini. Oleh karena itu, guru mesti menggandakan keterampilan teknis dan keahlian mengajar secara terus-menerus dan berkala. Untuk hal ini, para guru multimedia SMK I Tanah Luas mendapat materi tambahan dari seorang pembimbing guru berupa metode transfer ilmu yang dapat diserap dengan mudah bagi siswa dan penciptaan suasana belajar yang aktif di dalam laboratorium komputer.
Siswa pun juga jangan sampai tergantung pada multimedia karena pada dasarnya alat tetaplah perangkat yang memiliki keterbatasan. Dan justru keterbatasanlah yang mendorong kita lebih kreatif termasuk dalam maksimalisasi multimedia.

Misalnya, penggabungan antara desain vektor yang diolah di CorelDRAW yang dimasukkan sebagai ilustrasi dalam layout majalah yang didesain menggunakan Adobe InDesign. Inipun berangkat dari keterbatasan CorelDRAW dalam melayout publikasi multihalaman dan kurangnya keleluasaan kita membuat ilustrasi di InDesign. Hasilnya adalah tampilan majalah yang menarik dengan variasi ilustrasi dan foto.


Kelebihan Penggunaan TI dan Multimedia Dalam Pendidikan
1. Sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif.
2. Menjangkau seluruh siswa di berbagai tempat dengan mutu yang sama.
3. Mendorong guru berkreasi dalam mencari terobosan pembelajaran.
4. Kemampuannya menggabungkan teks, gambar, audio dan animasi merangsang panca indera.
5. Menimbulkan minat dan menambah motivasi siswa.
6. Mampu memvisualisasikan materi yang selama ini sulit untuk disampaikan dibandingkan jika melalui penjelasan satu arah atau alat peraga konvensional
7. Memungkinkan pembelajaran mandiri karena sistem penyimpanan yang fleksibel sehingga tidak terbatas waktu dan tempat serta dapat digandakan.

Menurut Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, ada tiga keterampilan penunjang dalam memanfaatkan multimedia bagi pendidikan:
1. Kemampuan berbahasa Inggris yang baik
2. Keterampilan mengoperasikan komputer
3. Keterampilan pembelajaran (learning skill).

sumber :  Nur Iman Gunarba

No comments:

Post a Comment

 

©2013 the healing | by eppoh