13.10.11

Belajar Menikmati Hidup

Hidup merupakan suatu karunia. Lebih hebat lagi, kita diberi kebebasan untuk memilih cara atau pandangan hidup sehingga kita dapat berkarya, beraktivitas, maupun menghadapi tantangan yang menghiasi pengalaman kita. Lalu, mengapa harus ditekankan untuk “belajar” menikmati hidup? Padahal, kita sudah terbiasa setiap hari menjalani hidup. Apakah ada yang salah dan perlu dipelajari?

Untuk lebih memiliki hidup yang berkualitas dan “tidak sekadar menghabiskan karunia waktu” yang kita miliki, hidup kita perlu tertata dengan baik. Tidak sembarang melakukan aktivitas tanpa kendali. Tidak sekadar ber”haha-hihi” tanpa henti yang menurut sebagian orang dengan bisa tertawa, maka kita sudah dapat menikmati hidup. Tetap harus ada pola, harus ada target, harus ada arahan dan tujuan hidup yang perlu kita gariskan dengan tegas dan mantap.

Di sinilah kita perlu belajar menikmati hidup, proses yang dapat kita jalani sepanjang umur kita. Belajar tentang hidup, baik dalam suka maupun dukanya, dalam kekuatan maupun kelemahan, dalam cinta bahkan dalam kebencian. Semua makna itu perlu dicerna, dianalisis, dipelajari, lalu diambil hikmahnya untuk dimengerti.

Sederhana dan Tidak Rumit

Jangan beranggapan bahwa belajar menikmati hidup adalah sesuatu yang rumit. Bahkan sebaliknya, kita dapat belajar dengan sederhana, mudah, dan mengasyikkan. Nikmatilah hidup dengan segala misteri dan seluk-beluknya sesuai pengalaman diri sendiri dan orang lain. Kita perlu belajar dari pengalaman orang lain karena tidak mungkin kita mampu mempelajari setiap hal berdasarkan pengalaman diri sendiri. Durasi kita hidup di dunia ini bukankah terbatas ruang dan waktu? “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.”

Oke, kita bisa mempelajari bagaimana menghadapi persoalan, bagaimana orang lain terpaksa menyerah terhadap kegagalan, bagaimana diri kita sendiri harus kuat dalam cobaan, juga apa yang perlu kita lakukan untuk menuju cita-cita yang kita inginkan. Cukupkah pengalaman kita untuk menjadi yang terdepan, yang terhebat, tanpa harus melukai pribadi orang lain. Selain itu, bagaimana hidup kita harus dipenuhi “rasa memberi daripada berlimpah menerima”, bagaimana kita harus menikmati waktu santai, waktu pemulihan diri dari kepenatan, juga bagaimana kita harus benar-benar fokus dalam memimpin diri sendiri untuk kebaikan dan kesuksesan. Semua itu perlu kita maknai, nikmati, dan pelajari agar kita tidak terjerembab ke dalam hidup yang sekadar hidup, tanpa kualitas maupun ketegaran di saat harus menikmati hidup yang berat.

Memerhatikan Sesama
Dalam proses belajar menikmati hidup, jangan lupakan interaksi dengan sesama. Ada orang lain, ada sesama yang kita butuhkan untuk menikmati hidup. Oleh karena itu, kita juga perlu terus-menerus belajar menghargai orang lain, belajar memberi makna kehadiran mereka di sela-sela waktu dan ruang yang kita pergunakan untuk menikmati hidup. Tanpa kehadiran sesama, hidup kita tidak akan berarti. Kita tidak akan mungkin bisa bergerak dengan baik dan berirama jika tidak ada pribadi lain, yakni orang yang juga memiliki keinginan untuk menikmati hidup dengan sempurna.

Saling menghargai menjadi penting agar kita dan orang lain bisa sama-sama menikmati hidup; penuh perdamaian, keteduhan, dan tidak ada rasa saling mengganggu juga permusuhan. Hidup menjadi benar-benar hidup dan sangat membahagiakan ketika kita bersama sesama mampu menjalankan aktivitas tanpa ketakutan, kecurigaan, dan keinginan untuk saling mengalahkan yang berakibat pada saling merugikan.

Belajar menikmati hidup dengan cara belajar menghargai diri sendiri dan sesama juga akan semakin indah bila kita mampu senantiasa introspeksi, apakah kita sudah benar-benar menikmati hidup ataukah kita menghabiskan waktu untuk mengeluh dan mengumpat karena hidup seakan banyak beratnya dibanding ringannya. Padahal, kita hanya selalu ingat akan beban berat, tantangan yang besar, tanpa selalu ingat karunia-karunia kecil yang setiap hari kita terima tanpa syarat apa pun.

No comments:

Post a Comment

 

©2013 the healing | by eppoh