19.5.12

MEMUKUL ANAK, JUSTRU DAPAT MEMICU SIKAP AGRESIF

Jika dulu memukul dianggap sebagai bagian dari disiplin. Penelitian terkini membuktikan, perlakuan kasar orang tua terhadap anak seperti memukul atau menampar saat fase tumbuh kembang, terutama pada anak berusia tiga tahun, akan memicu prilaku agresif.
Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam journal Pediatrics menunjukkan, ketika anak berusia tiga tahun dan mendapat perlakuan kasar, kemungkinan besar si kecil berprilaku agresif saat ia berusia lima tahun.


Salah seorang peneliti dari Tulane University’s School of Public Health and Tropical Medicine in New Orleans, Asisten professor ilmu kesehatan masyarakat, Catherin Taylor mengatakan anak membutuhkan panduan dan disiplin.

Namun, orang tua harus bertindak positif dan menghindari kekerasan saat mengajarkan anak berdisplin. “Hukuman fisik, seperti menampar atau memukul seharusnya dihindarkan, karena bakal berdampak panjang,” katanya seperti dikutip dari Healthday, baru-baru ini.

Secara terpisah, Psikiatri dari Texas A&M Health Science Center Round Rock campus, Kathryn J Kotrla berpendapat hasil riset menunjukan perlunya peran orang tua untuk memutuskan rantai kriminalitas di masyarakat. Ia menilai, mengurangi penggunaan kekerasan ketika mendidik anak tingkat kekerasan dalam berbagai bentuk di masyarakat dapat ditanggulangi.

Sebelumnya, Taylor dan kolega melibatkan lebih dari 2.500 ibu yang ditanyakan tentang sejauh mana mereka menerapkan hukuman fisk pada anak-anak mereka ketika berusia 3 tahun. Mereka juga ditanyakan tentang tingkat agresifitas anak ketika berusia 3 tahun.

Peneliti kemudian melihat latar belakang dari ibu yang terfokus pada kemungkinan ibu mengalami depresi saat melahirkan, konsumsi alkohol dan kekerasan yang mungkin terjadi pada keluarga si ibu.

Hasilnya, 50% orang tua tidak menerapkan hukuman kepada anak-anak mereka sebelum riset berlangsung. Sekitar 27.9% dari ibu, satu atau dua kali menerapkan hukuman fisik. Sedangkan sisanya 26.5 % dari ibu menerapkan hukuman fisik lebih dari dua kali dalam bulan yang sama.

Hasil riset juga mencatat, anak-anak yang berusia 3 tahun yang mengalami hukuman fisik dua kali atau lebih sebelum bulan riset berlangsung mengalami peningkatan tingkat agresifitas saat si kecil berusia 5 tahun.

Sayangnya, peneliti mengakui, mereka tidak bisa membuktikan sebab dan akibat dari hubungan antara ibu dan anak. Akan tetapi, peneliti meyakini pertanyaan itu dapat terjawab dengan riset lanjutan dikemudian hari. “Kami paham betul, anak belajar dari apa yang dilakukan orang tuanya. Jadi, jika si kecil Anda pukul dengan alasan tertentu, artinya Anda mengajarkan mereka menjadi agresif,” tegas Taylor.

Ia menambahkan, apabila hukuman fisik dijalankan secara berlebihan dengan alasan tertentu pula, maka tingginya tingkat stress si kecil akan berdampak pada perkembangan otak, emosional dan prilaku si kecil.

Strategi Efektif

Pendapat senada juga disampaikan Psikolog dari National Center for School Crisis and Bereavement, Robin Gurwitch. Menurutnya, hasil riset menegaskan hasil riset sebelumnya dimana hukuman fisik pada usia dini berkaitan erat dengan tingkat agresifitas anak dikemudian hari.

“Bagaimana kita membantu orang tua untuk memberikan strategi efektif ketimbang hukuman fisik dan memang terdapat strategi yang lain, orang tua hanya perlu mengembangkan segala kemungkinan,” katanya.

Kotrla menambahkan, riset terlihat menyarankan kepada pemerintah dan pembuat kebijakan untuk fokus membahas masalah hukuman fisik sebagai usaha mengurangi kekerasan di masyarakat melalui orang tua.

Terkait kekerasan pada anak, sejumlah organisasi termasuk American Academy of Pediatrics secara keras menentang hukuman fisik pada anak. Dari catatan lembaga itu, 35%-90% orang tua masih menerapkan hukuman fisik pada anak-anak mereka.

Sumber : republika.

No comments:

Post a Comment

 

©2013 the healing | by eppoh